NAB HARIAN

The Power of “Cash Is The King” di masa Pandemi Covid-19

Tak terasa, Pandemi Virus Covid-19 sudah berlangsung selama lebih dari 5 bulan. Berbagai efek domino telah ditimbulkan yang membuat tatanan kehidupan menjadi berubah. Salah satu sektor yang terpukul akibat pandemi yang telah menjangkiti lebih dari 210 negara ini adalah sektor ekonomi. Banyak bisnis yang collapse, PHK besar-besaran, pemotongan gaji dan lain lain.

Pemerintah memang sudah mengupayakan agar pandemi ini cepat teratasi. Baik penanganan dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Keduanya sudah dijalankan oleh Pemerintah dengan sebaik mungkin. Seperti peningkatan kapasitas RS Covid-19, pemberlakukan PSBB, pembuatan vaksin merah putih, serta melakukan Testing (pemeriksaan), Tracing (pelacakan) dan Treatment (pengobatan). Berbagai program Pemerintah untuk jaring pengaman sosialpun gencar dilaksanakan untuk menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi. Sebut saja bantuan langsung tunai (BLT) bagi pekerja sektor formal dengan pendapatan dibawah 5 juta, Kartu Prakerja bagi UMKM dan masyarakat yang berdampak covid-19 serta program restrukturisasi kredit.

Namun, upaya Pemerintah tersebut tampaknya tidak bisa menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi. Pasalnya, pada kuartal kedua pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah terkontraksi di angka 5,32 %. Pada pertaruhan di Q3, berbagai ekonom masih memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terkontraksi dikisaran minus 1 hingga minus 3.

Lalu, Jika Indonesia benar-benar resesi apa yang harus kita lakukan mengingat pandemi covid-19 masih berlangsung sampai waktu yang tidak dapat diprediksi ? tentunya pada masa darurat seperti saat ini, kita memang harus mengurangi hal hal yang bersifat konsumtif dan fokus untuk mengumpulkan dana darurat. Dana darurat harus dipenuhi setidaknya 6 kali pengeluaran bulanan untuk yang masih single. Sedangkan bagi yang sudah berkeluarga setidaknya dana dengan jumlah minimal 12 kali pengeluaran bulanan harus kita pegang. Tidak ada yang tahu sampai kapan pandemi ini berakhir dan dampaknya terhadap sumber pendapatan kita. Oleh karena itu menyediakan dana darurat dimasa seperti ini menjadi sangat krusial. Dana darurat ini, tentunya harus disimpan dalam instrumen yang likuid, dengan risiko rendah serta return yang juga kompetitif. Itulah mengapa istilah “cash is the king” menjadi relevan dengan kondisi saat ini.

Salah satu pilihan terbaik untuk instrumen penyimpanan dana darurat yang likuid, risiko rendah dan indikasi return yang diatas saving account adalah reksa dana pasar uang.  Selain dana investasi awal yang sangat minim mulai dari Rp 100 ribu, reksa dana pasar uang juga dapat diakses secara online melalui aplikasi MNC Duit.  Dengan indikasi return 5 % p.a, rasanya menjadi tepat jika kita memilih mengalokasikan dana darurat pada reksa dana ini karena sangat mudah, murah dan menguntungkan.

Ingat ya pandemi masih berlangsung, perbanyak dana darurat dengan menabung.

Dan menabung  itu #sisihkanbukansisakan